Dan Brown Hidup Dalam Teka- Teki

Senin, 22 Januari 2018 - 11:52 WIB
Dan Brown Hidup Dalam...
Dan Brown Hidup Dalam Teka- Teki
A A A
NAMA Dan Brown menjadi populer berkat novel kontroversialnya , The Da Vinci Code, yang mengundang perdebatan kaum agamawan dan intelektual.

Sejak saat itu, Brown masuk dalam deretan penulis terkaya dan berpengaruh. Rupanya semua ide tulisannya bermula dari latar belakang orang tua dan kebiasaan masa kecilnya.The Da Vinci Code yang diterbitkan pada 2003 diklaim menjadi salah satu novel nomor satu dan terlaris sepanjang masa, serta menjadi topik perdebatan intelektual di kalangan pembaca dan ilmuwan.

Novel Brown diterbitkan dalam 56 bahasa di seluruh dunia dengan lebih dari 200 juta kopi buku yang dicetak. Pada 2005 pria bernama lengkap Daniel Gerhard Brown ini dinobatkan sebagai salah satu dari 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia oleh majalah TIME .

Dia juga menuai pujian sebagai penulis yang tetap menjaga industri penerbitan tetap berjalan, menumbuhkan minat baru pada Leonardo da Vinci dan sejarah Kristen awal, pariwisata menuju Paris dan Roma, keanggotaan yang berkembang dalam masyarakat rahasia, sekaligus juga kemarahan para Kardinal di Roma.

Meski begitu, Brown menyatakan di situsnya bahwa bukunya tidak anti-Kristen. Dia hanya menyebut dirinya berada dalam “perjalanan spiritual yang terus-menerus”.

Dia juga menegaskan bahwa The Da Vinci Code hanyalah sebuah “cerita menghibur yang mempromosikan diskusi dan debat spiritual”. Dia juga menjelaskan bahwa buku tersebut dapat digunakan sebagai “katalis positif untuk introspeksi dan eksplorasi iman”.

Lalu, dari mana ide menulis yang didapat Brown? Dikutip Goodreads , lelaki kelahiran Exeter, New Hampshire, Amerika Serikat, pada 22 Juni 1964 ini mengembangkan ketertarikannya pada sains dan agama sejak kecil. Brown adalah putra seorang guru matematika dan anggota gereja.

Adapun mendiang ibunya adalah sosok religius, namun kecewa dengan politik gereja. Ibunyalah yang menanamkan keajaiban misteri dunia kepada dirinya. Sedari kecil, Brown sudah mulai tertarik pada rahasia dan tekateki. Dia menyukai kode dan sandi, serta kombinasi antara matematika, musik, dan bahasa yang digunakan orang tuanya.

Brown muda menghabiskan berjam-jam mengerjakan anagram dan teka-teki silang. Bersama saudara-saudaranya, satu keluarga ini berpartisipasi dalam perburuan harta karun yang dirancang oleh ayah mereka pada hari ulang tahun dan hari libur.

Misalkan saat Natal tiba, Brown dan saudara-saudaranya tidak menemukan hadiah di bawah pohon, namun mengikuti peta harta karun dengan kode dan petunjuk di seluruh rumah mereka, dan bahkan di sekitar kota untuk menemukan hadiah Natal tersebut. Tak heran jika akhirnya tema ini membentuk latar belakang untuk bukunya, yang meliputi perburuan harta karun, kriptografi, kunci, simbol, kode, dan teori konspirasi.

Brown menyebut sang ayah sebagai sosok yang mengajarkan dirinya agar mencintai sains, matematika, dan teka-teki intelektual. Hubungan Brown dengan sang ayah juga mengilhami lahirnya karakter Sophie Neveu dan Jacques Sauniere dalam The Da Vinci Code .

Selain The Da Vinci Code , beberapa karyanya yang terkenal sekaligus bagian dari seri Robert Langdon, yakni novel Angels & Demons (2000), Inferno (2013), The Lost Symbol (2009), dan Origin (2017).

Tiga novelnya yang pertama disebut telah diadaptasi menjadi film. Sementara novel lainnya, yaitu Digital Fortress (1998) dan Deception Point (2001). Brown dan istrinya juga beberapa kali menerbitkan buku humor yang ditulis bersama.

Sempat menjadi penyanyi
Sebelum memutuskan menjadi seorang penulis, Brown sempat berkecimpung dalam dunia musik setelah lulus dari Amherst College dan Phillips Exeter Academy. Brown menciptakan efek dengan synthesizer .

Dia juga sempat memproduksi kaset lagu anak-anak yang berjudul SynthAnimals, yang mencakup koleksi lagu seperti Happy Frogs dan Suzuki Elephants . Kaset tersebut terjual hingga beberapa ratus kopi.

Dia kemudian membentuk perusahaan rekamannya sendiri bernama Dalliance, dan pada tahun 1990 menerbitkan CD berjudul Perspective, yang ditargetkan ke pasar orang dewasa dan terjual beberapa ratus kopi. Pada tahun 1991 dia pindah ke Hollywood untuk mengejar karier sebagai penyanyi, penulis lagu dan pianis.

Untuk mendukung mimpinya, dia mengajar di Beverly Hills Preparatory School. Dia juga bergabung dengan National Academy of Songwriters, dan berpartisipasi dalam banyak acara. Di sanalah ia bertemu dengan Blythe Newlon, seorang wanita yang usianya 12 tahun lebih tua darinya, yang menjabat sebagai Direktur Pengembangan Artis National Academy of Songwriters.

Keduanya lalu menjalin hubungan asmara yang serius meski begitu rahasia dan tidak diketahui semua rekannya, persis seperti teka-teki yang didalaminya saat kecil. Mereka lalu menikah pada 1997, di Pea Porridge Pond, dekat Conway, New Hampshire.

Pada 1994 Brown merilis sebuah CD berjudul “Angels & Demons”. Karya seninya adalah ambigram yang sama dengan hasil karya seniman John Langdon yang akhirnya digunakan untuk novel Angels & Demons . CD ini berisi lagu-lagu seperti Here in These Fields dan balada religius All I Believe .

Namun, setahun sebelumnya, Brown sempat membaca buku Sydney Sheldon yang berjudul The Doomsday Conspiracy, yang akhirnya membuatnya ingin menjadi penulis. Lima tahun kemudian, dia berhasil menelurkan Digital Fortress . Selanjutnya, namanya pun tercatat dalam sejarah dunia. (Susi Susanti)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1409 seconds (0.1#10.140)